Puisi Cinta

Ungkapan Hati dalam rangkaian kata,membina dua rasa berpaut dalam keindahan puisi cinta.

Puisi Romantis

Keindahan cinta dalamHati,terukir dalam kata-kata romantis

Puisi dan Harapan

Pengharapan dan doa,tersaji indah dalam untaian kata,

Puisi dan Doa

Keindahan Doa yang terajut menjadi sebuah puisi indah.

Kata Mutiara indah

Kumpulan kata-kata mutiara hidup Indah

Rabu, 24 Juli 2013

"Cintaku Tertinggal Di SMPN 1 Tasikmalaya"

Puisi Sedih Masa Lalu
Dulu... Tatkala Cinta masih terlalu pagi untuk ku sambut, tertutup pula oleh pilu yang tertahan Rindu...
Dia yang saat itu duduk dibangku tepat didepan mata...
Dia yang pernah menoreh, menyibak dan membuka tirai Hatiku...
Dirinya yang tepat berada kehidupanku ,tepat  sepuluh Tahun yang lalu
Entah Cinta atau hanya sekedar Suka
Entah Kasmaran atau hanyalah gambaran....
Yang pasti semua "Kisah Tasik Untuk Masa Depan Itu" tak pernah terungkap pasti.
Cintaku yang tertinggal di SMPN 1 Tasikmalaya..,
Rasaku yang berkobar hingga akhirnya memudar,, tanpa sadar.
Dari "Seseorang" yang tersamar
Aku yang mungkin melambai tangan dari balik Jeruji.
Berharap dapat menggapai...
Hati yang tertinggal itu.
Dulu... Ya... Itu mungkin Dulu..
Waktu memang tak pernah menjawab Pasti,
Kapan Rasa Ini akan Mati ?
Waktu memang selalu membisu.
Namun takkan dapat membungkam kenyataan, Jikalau Aku masih menyimpan Rindu...

Kumpulan Galau

MATA AIR DAN AIR MATA
Aku ingin membasuh air matamu
Biar luka itu kering
Dan kau bisa melukis pelangi di birunya mata air
Tanpa air mata lagi
Dan aku ingin menghirup mata airmu
Biar kehausan rindu ini tergenangi
TANPA JUDUL
Di sini…
Masih bisa kucium harum tubuhmu yg terjerat lelah
Di sini…
Masih kucoba meraba palung hatimu yg memadamkan perapian
Di sini…
Masih kubingkai bayangmu yg hilang dibalik bayang riuh tawa kemarin
malam
Di sini…
Aku terbius wajahmu yg terbaring manja di peraduan
Di sini…
Aku mengundang semilir angin pd doa yg kubaca utk tidurmu
BAHAGIA DI SATU DEBU
Tak pernah bosan aku berharap
Menggantungkan rindu ini pada ribuan kata yg selalu hadir
Saat aku bisa mencium harum tubuhmu pd deretan senja hari ini
Kemarin, esok, atau lusa…
Satu tatap yg tercipta
Memaksaku untuk diam di pelukan cinta
Luruh tak tertahan
Mengelopak pada bunga pagi
Segar semerbak mewangikan rumah hatimu
Bolehkah aku menengoknya sejenak?
Andai kau ijinkan, aku ingin meraih bahagia
Meski hanya di satu debu
TAK PERNAH BISA
Aku tak pernah bisa mencampakkan cinta yg tak pernah kau miliki
Aku mencintaimu, tapi kau belum memiliki cintaku
Apa yg mesti aku campakkan sementara aku tak punya apa-apa lagi
Selain harapan satu-satunya
Harapan agar kau menerima cintaku
DI MANA ALAMAT RUMAH HATIMU?
Ke mana hujan pergi hari ini?
Sejenak menggoda bumi pada siang yang gerah
Lalu hilang saat malam tengadah
Ke mana aku harus pergi
Saat kusadar tak ada lagi yang aku bela dari perjalanan ini
Selain menapaki jejak lemah menuju rumah hatimu
Tak hilang dilalap lelah
Tak jera diremas gelisah
Sekali aku coba lari dan mengingkari
Seribu kali aku kembali lagi, padamu…
Mengumpulkan semua rindu dan cinta untuk bangkit lagi
Dalam barisan doa-doa
Lalu rebah pasrah menunggu hadirmu
Tanpa ragu dan tanya lagi
Di mana kau alamatkan rumah hatimu?
Agar aku tak salah berlari
DATANG MENJELANG
Seperti kemarau yang menanti hujan
Kutunggu kabarmu yang masih diam
Apakah engkau baik-baik saja?
Seperti tanah tandus yang tersenyum karena deras merebas
Aku hanya bisa mengucap salam dengan doa
Agar kau tak pernah kurang
Selalu tersenyum karena bahagia menjelang, untukmu…
YANG TAK TERLUPA
Yang tak pernah terlupa sedikitpun
Saat ruang kosong menyekat di kepala
Bayangmu mematuk seketika
Merama rama tak hilang
Melebur nyata dalam bilur rindu yang terpelihara
Entah di mana adamu…
Aku hanya tahu kau selalu menghadirkan getar-getar indah
Yang kuiba menjadi bahagia
Di setiap tarian debu dan derai gerimis yg jatuh
SAMAR TERJAGA
Ke mana dunia berpijak di senja ini?
Tak ada kabar yang kuterima
Selain bisikmu yang kutemui pd sisa mimpi tadi malam
Kujaga apapun tentangmu tanpa tanya
Meski tanda cintamu masih samar terkurung gulungan misteri
Apalagi yg bisa kau tawarkan untukku
Selain gelisah dan rindu yg tak pernah mati
Menyulut cinta untuk terus menanti tanpa henti

DI UJUNG KATA-KATA
Lengkaplah sudah sepi ini mengurung sendiriku
Terkulai dikunyah nelangsa yang berapi-api
Menyusuri jalanan lengang
Bersimbah angan tanpa tujuan
Dalam derap gerimis yang pongah menghujam
Terbuai wajahmu menyusup bertubi-tubi
Membawa sebaris kata bahagia yg menenggelamkan nurani
Di atas pengharapan tak berkesudahan
Tentang rindu kusam
Tentang cinta terbuang
Mengutip satu namamu di antara keluh kesah
Gundah gelisah, air mata, dan lara
Masihkah ada sedikit senyum darimu
Di batas penantianku yang kini makin terbata
Jika masih ada ruang di hatimu
Untukku, sedikit saja, tolong bicaralah
Pada tanah membentang
Pada pohon-pohon rindang
Dan angin yang mengusik keangkuhan
Setidaknya biar ada tanda yg bisa kubaca dan kuraba
Janganlah sepi yang hadir
Janganlah semu yang membeku
Karena aku selalu berjalan menujumu
HANYA PADAMU
Mataku terpejam tak mau
Anganku berontak tak lesu
Merekat pada ruang kamar
Berkutat pada riuh gaduh angin malam
Meronta lagi getar ini
Mengais lagi rindu bertali
Untukmu kuasah luka
Padamu kuasuh bahagia
Padamu cinta ingin kuakhirkan
Kupercayakan tanpa sebab yg harus diperdebatkan
Hanya padamu, itu saja..
KATA-KATA MATI
Kata-kata mati mengepungku
Terlalu banyak definisi yg hinggap hingga lidahku kelu
Kata-kata menjadi sedemikian langka
Seolah aku tak mampu membahasakan cintaku padamu
Semua telah terkurung di ruang pengharapanku
Berisi namamu serta berjuta kenangan yg hadir & kumaknai kedalamannya
Aku tak ingin membongkarnya,
Meski kata-kata mati telah menusukkan kesedihan di pusat jantungku
AKHIR TANPA PENGHABISAN
Inilah akhirnya…
Aku mengakhiri jejak yg baru kutapaki
Bukan salahmu…
Ini semua hanya karena aku…
Yang tak mampu menyemai benih rindu di ladangmu
Apa dayaku jika cintaku tak lagi hadir untukmu
Sia-sia kucoba membangun fondasi cinta ini
Sementara di atas segalanya,
Aku terus mengasah kesedihan penantian yang kuiba
Tak mau lepas hingga menafikan adamu
Maafkan untuk satu pilihan yg pahit ini
Tapi setidaknya, lebih baik semua terbuka sedari awal
Sebelum kebohongan terkuak di penghabisan
Aku memilih pergi karena tak mau menyakitimu
Aku memilih mencintai satu nama meski hanya semu

YANG TERINDAH, YANG TERDALAM
Segalanya telah tertebas waktu
Aku masih terhisap sepi yang membisu
Di ujung sapaku yang tertatih menujumu,
Kucoba teduh dalam satu doa:
Semoga kau tetap menjadi yang terbaik dan terindah
Yang kutemui dalam perjalanan hidupku
TETAPLAH BERSAMA
Tetaplah bersamaku, Tuhan
Tetaplah bersamaku, kasih
Jika kasih tak bersamaku
Tetaplah bersamaku, Tuhan
Jika kasihku pergi
Tetaplah bersamaku, Tuhan
Kalau Tuhan tak bersamaku
Ke mana lagi kan kucari kasihku
KABAR HUJAN
Apa kata hujan hari ini?
Dia masih menangis sedih
Karena bumi yg diguyurnya masih menyisakan kemarau
Pohon-pohon belum juga menghijau
Daunnya meranggas
Rantingnya kurus pucat
Hanya akarnya yang tegar menghujam
Setia menanti hujan datang lagi di keesokan harinya
Seperti inikah jejak yang harus kutapaki?
AKU PERGI
Setelah melintasi waktu bersimbah pesonamu
Kini semua terasa tiada
Makna yang terendap lama
Dan mendekam dalam gugusan matahari
Tak lagi bisa kuraba
Semua seperti kembali kosong
Harapanku akanmu,
Seperti menemui titik penghabisannya
Apa gerangan yg terjadi?
Tiba-tiba aku enggan mengumbar rinduku
Tiba-tiba aku ingin berhenti mencintaimu
Mungkinkah karena sikapmu yg makin lama tak lagi membiusku
Perlahan menghilang di balik dusta
Auramu yg makin pudar oleh sikap tak pasti

SEPASANG BOLA MATA

Rona wajah meratap di altar kebahagiaan
Beraroma gincu berirama syahdu
Mengukir senyum terbalut kepuraan
Terselimuti gaun bermahkota

Wajah lugu berhiaskan jejaring rasa
Menyembunyikan kesedihan di balik jubah kuning
Meronta-ronta naik di altar kebahagiaan
Gincu berlalu bersama kristal bening
Potret si kembang duduk bersama pangeran

Bola mata di bawah altar kebahagiaan
Berbinar memandang gaun diemaskan
Menyelam ke dalam samudra merah jambu
Menemukan noktah merah merona
Rupanya si kembang meronta menelusuri lilitan duri

Duhai kembang bergaun diemaskan
Terbanglah engkau bersama waktu yang terus menari
Mengarungi semesta bersama tarian jiwa
Lenyapkan kerisauanmu akan binarnya sepasang bola mata

Sepasang bola mata tetap tersenyum
Dan akan tetap melukis senyuman
Meski dengan warna yang retak

HMI-KU



HMI-ku...
Terkadang dianggap tak mempunyai arah yang jelas
Hanya berlindung di balik syariat
Tak terinternalisasi nilai-nilai Islam dalam diri kader
Nilai-nilai Islam semakin tereduksi.

HMI-ku...
Mengapa gerakan lain hanya dengan semangat wahyu dan doktrinal
mampu bertahan sedangkan kita tak bisa?
Bukankah kita telah memiliki ciri-ciri gerakan ideal
Memiliki konsep teologi,kosmologi,epistemologi,sosiologi dan eskatologi.
Ataukah pragmatisme menjangkit pada diri kita
Hingga terkadang meruntuhkan nilai-nilai persaudaraan
Ataukah tak mampu menemukan makna persaudaraan di HMI

Sahabatku...
Rasa individualisme telah menempa diri kita
Bukankah kita ingin membentuk kebersamaan
Bukankah kebersamaan adalah kunci suatu perubahan
Individu tak bisa berbuat tanpa masyarakat
Mungkinkah konsep idealitas HMI tidak jelas
Sedang hedonisme sudah ada di tubuh HMI
Meski dilingkupi oleh syariat.

Sahabatku...
Mungkinkah tidak terjadi reorientasi kesempurnaan diri
Ataukah menganggap kesempurnaan diri tidak prinsipil
Hingga kebanyakan kita tidak bersikap arif
Ataukah kita tidak melakukan pembiasaan
Sedang kultur terbentuk dari pembiasaan

HMI-ku...
Perkaderan kita adalah perkaderan profetis
Perkaderan para nabi
Membentuk kader yang selalu ditempa masalah
Menjadikan sosok pendamba kelelahan
Hingga masalah menjadi suatu hal yang lumrah.

Sahabat...
Bukankah masalah yang kita hadapi
Adalah bagian terkecil dari penderitaan nabi
Bukankah para nabi memiliki kebesaran jiwa
Menanggung segala penderitaan alam,manusia dan binatang.

Ketika kita sudah beribadah
Lalu ditempa musibah
Mungkin ada ibadah yang belum terlaksanakan
Apakah pantas kita menyesal
Sedangkan bagi orang beriman tak akan mengenal kata penyesalan
Sebelum bertindak telah difikirkan secara matang

Sahabat...
Andai saja kalian tahu
Setiap butiran keringat yang mengalir di tubuh kita
Butiran kristal bening di sudut mata
Adalah bagian dari kenikmatan spiritual.

KEIKHLASAN

Keikhlasan sifatnya non material
Rela hati menelusuri kehidupan
Dengan tetesan keringat dan air mata
Dengan pengorbanan sebuah eksistensi diri
Hanya untuk mengubah paradigma semesta

Keikhlasan bagian dari spiritualitas
Sedang spiritualitas tak terukur oleh material
Wajah yang manis menjadi legam
Terkena panasnya terik sang surya
Hanya untuk mengharmonisasikan semesta.

Adakah keikhlasan tersimbolkan
Sedangkan simbol adalah representase makna
Bukankah simbol tuntutan syariat
Dalam upaya menapaki jalan spiritual
Ataukah keikhlasan tersimbolkan dalam bentuk kepanitiaan di LK
Tersimbolkan melalui tetesan keringat peluh tanpa bahasa

Keikhlasan adalah bagian dari spiritualitas
Menemukan spiritualitas melalui keikhlasan memberi
Dan tersingkapnya tabir
Jadikanlah diri milik semesta
Semesta merindukan sentuhan dan belaian tangan kita.

WANITA SHOLEHAH



Laksana rembulan...
Menyinari insan bumi.

Jika ia memandang...
Dunia seakan tergetar karena ketulusannya
Jika ia berkata...
Dunia seakan terlena karena kelembutannya.
Jika ia tersenyum...
Duniapun ikut tersenyum karena keikhlasannya.

Laksana pelita...
Tubuh terbakar demi sebuah pengorbanan.
Menjadi penuntun di tengah gemerlapnya dunia.

Laksana sahabiyah...
Langkah kakinya bagai langkah Fatimah.
Hidupnya penuh ketenangan jiwa.
Karena hatinya selalu berdzikir.

Dialah wanita sholehah..
Yang senantiasa menjadi penentu.
Akan sebuah perubahan dunia.

IKRAR

Mega bertebaran di langit jingga sore itu.
Senandung kata bernada terbawa angin
Yang menari di sela reranting.
Bersuara merdu bak perindu merindu.

Wajah manis duduk di altar ketermanguan.
Menikmati penantian dalam kesendirian.
Mencari asa yang masih tertinggal di antara realitas.
Mungkinkah harap itu menjadi nyata.
Wujudkan impian dalam khayal.

Bilakah dermaga hidup terlabuhi.
Menukar sunyi dalam kegaduhan.
Menghadirkan keriangan dalam keramaian.
Menjadikan senandung cinta dari pencinta
Lebih bermakna...

Tarian waktu yang tak terhenti.
Berkuasa membawa diri pada masa dan ruang kepastian.
Musim semi itu akhirnya terjemput.
Pijar-pijar bahagia bergelayut di taman sang pencinta.
Menyesakan dada hingga tak mampu berkata

Ikrar suci yang terlantun.
Menjadi saksi cinta abadi